Jumat, 18 September 2015

Resensi Novel Dunia Sophie_Jostein Gaarder



Novel Dunia  Sophie ini, menerangkan akan adanya ilmu filsafat. Bermula dari seorang gadis kecil yang bernama Sophie Amundsend. 

Ketika temannya bernama Joanna beranggapan bahwa otak manusia seperti komputer yang sangat canggih, Soophie tidak sepakat dan mulai berpikir dari pertanyaan tadi.
Pada suatu hari Sophie menemukan sebuah amplop surat di kotak surat. Pada amplop putih tertulis “Sophie Amundsend, 3 clover close”. Tidak disebutkan siapa pengirimnya dan tak ada perangkonya. Ia terus membuka surat itu dann didalamnya terdapat secarik kertas yang berbunyi: “siapakah kamu ? “.
Dia tidak tahu. Dia adalah Sophie Amundsend, tapi membolak-balik sebuah pertanyaan kepada bayangannya. “siapakah kamu ?”. Kamu adalah aku. Aku adalah kamu. Bahkan dia merasa aneh bahwa dia merasa aneh bahwa tidak mengenal siapa dirinya.


Timbul lagi suatu pertanyaan ketika dia sedang asyik menatap cermin. “Apakah manusia itu?”. Ketika saat itu Sophie mulai memikirkan tentang hidup selamnya. “Adakah kehidupan setelah kematian ?. “Pikirnya setelah mengingat belum lama ini neneknya meninggal dunia. Hal yang sama terjadi sebaliknya hanya dengan membangkitkan perasaan mendalam bahwa suatu hari orang pasti mati, maka dia dapat menghargai betapa senangya dia bias hidup. “Pikirnya”.
Dia terperanjat ketika mendapati bahwa dalam kotak surat hijau terdapat sebuah amplop putih lain, yang bertuliskan namanya pula. “dari mana datangnya dunia”.
Dikatakan disitu. Surat-surat misterius itu telah membuat kepala Sophie pusing. Diapun pergi menyendiri di sarangnya. Sophie telah menemukan lubang kecil di pagar tanaman kuno sejak dia mengingat. Ketika dia merayap kesana dia memasuki sebuah rongga diantara semak-semak. Rongga itu seperti sebuah rumah mungil. Dia tahu tak seorangpun dapat menemukannya disana. Dia mulai memprotes. Tentunya segala sesuatu yang ada itu ada permulaannya. Pada satu titik, sesuatu pasti berasal dari ketiadaan. Maka hanya tinggal satu kemungkina: tuhan selalu ada. Tapi dia menolak kemungkinan itu ! segala sesuatu yang ada harus ada permulaannya. Dia menemukan sebuah surat yang beralamatkan : Hilde Moller Knag, Sophie Amundsend, 3 Clover Close. Yang berisi kartu ucapan ulang tahun. Siang ini, dalam hanya waktu 2 jam, dia telah dihadapkan 3 masalah:  pertama, siapa yang telah meletakkan dua amplop putih dikotak suratnya, yang kedua, adalah pertanyaan-pertanyaaan sulit yang harus tertulis dalam kedua surat tersebut. Masalah ketiga, adalah siapakah Hilde Moller Knag dan mengapa Sophie yang dikirimi kartu ulang tahunnya.
Sophie mulai berpikir jauh. Mengapa kebanyakan orang tidak membicarakan tentang-tentang “apakah manusia itu’ ? atau tentang apakah dunia itu dan bagaimana ia menjadi ada. Sophie dengan tiba-tiba menjadi keasyikan untuk mencari tahu siapa dirinya dan dari mana datangnya dunia sehinngga dia tidak punya waktu lagi untuk bermain badminton.
Ketika dia menutup pintu gerbang, dia mendapati namanya tertera diatas salah satu amplop besar. Sewaktu membaliknya, tertulis dibagian belakang : “pelajaran filsafat. Hati-Hati.”
Didalam amplop itu ada 3 halaman ketikan yang disebutkan dengan penjepit kertas. Yang pertama bertema. “Setelah membaca amplop 3 halaman itu, sophie sadar bahwa filosof itu benar. Orang-orang dewasa menganggapa dunia sebagaimana adanya. Mereka telah membiarkan diri terbuai dalam tidur yang memabukkan dari eksistensi mereka yang membosankan. Dia pun mulai faham dengan filosof yang ada yang telah menyelamatkan. Yang membuat dia menyodorkan pertayaan-pertanyaan aneh kepada ibunya. Sehinnga sang ibu mengira kalau Sophie telah terbawa oleh obat-obatan terlarang yang dapat membuatnya menjadi gila.
Dan kembali melihat kotak surat dan menemukan sebuah amplop coklat yang namanya yang tertera disana. Diapun menarik keluar halaman-halaman ketikan baru dan mulai membaca. Disitu bertemakan “gambaran Mitologis Dunia”. Didalamnya dipaparkan penjelasan mengenai filsasfat. Juga dijelaskan perkembangan dari cara pikir mitologis menuju cara pikir yang didasarkan pengalaman dan akal. Tujuan para filosof yunani awal adalah menemukan penjelasan-penjelasan alamiah dan bukannya supernatural untuk berbagai filosof alam. Dia pun mulai mengarang cerita. Dia tahu bahwa orang-orang selalu ingin menjelaskan proses alam. Barangkali mereka tidak dapat hidup tanpa penjelasan-penjelasan semacam itu. Dan bahwa mereka menciptakan berbagai mitos pada masa sebelum ada sesuatu yang dinamanakan sains. Ibunya memanggil Shopie dari ujung taman. “Sophie, ada surat untukmu! tapi tak ada perangkonya, ibunya mengira itu surat cinta. Itu adalah salah satu amplop putih kecil. Ketika Shopie naik ke kamarnya, dia menemukan 3 pertanyaan didalam amplop tadi, yaitu :
·            Adakah dzat dasar yang menjadi bahan untuk membuat segala sesuatu ?
·            Dapatkah air berubah menjadi anggur ?
·            Bagaimana tanah dan air dapat menghasilkan seekor katak hidup ?
Sophie menganggap pertanyaan-pertanyaan itu sangat tolol. Tapi bagaimanapun juga ketiganya terus berdengung di kepalanya sepanjang malam. Pada hari berikutnya, ketika dia pulang dari sekolah, ada sebuah amplop tebal yang sedang menantinya di kotak surat tadi. Surat itu ada beberapa judul diatasnya : yang pertama berjudul “proyek para filosof”, yang kedua “para filosof alam” yang terdiri dari sebab, yaitu tiga Filosof yang mellitus, tidak ada yang dapat muncul dari kehidupan, segala sesuatu mengalir, empat unsur dasar, sesuatu dari segala sesuatu dalam segala sesuatu. Setelah membaca, diapun segera keluar dari sarangnya. Dari bab-bab yang sudah dibacanya dalam surat itu. Muncullah gagasan-gagasan baru dalam pemikiran Sophie. Bahwa air biasa tidak akan pernah dapat berubah menjadi selain es / uap. Air tidak akan dapat menjadi semangka, sebab bahkan semangka terdiri atas lebih dari sekadar air. Setidak-setidaknya, dia harus mempelajari dengan sangat cermat bagaimana air membeku menjadi es dan kemudian meleleh lagi. Parmanides tidak mau menerima gagasan tentang perubahan dalam bentuk  apapun, dan empedodes pasti juga sangat cerdas, karena dia membuktikan bahwa dunia pasti terdiri dari satu zat saja. Itu memungkinkan terjadinya seluruh perubahan alam tanpa ada sesuatupun  yang benar-benar berubah. Sophie tidak yakin apakah dia benar-benar percaya bahwa sumber dari segala sesuatu itu sesungguhnya tanah, udara, api, dan air. Namun pada prinsipnya, Empepodes benar. Salah satunya kita menerima perubahan-perubahan yang dapat kita lihat dengan mata kita sendiri adalah mengakui adanya lebih dari satu bahan dasar. Sophie merasa semakin tertarik pada Filsafat sebab dia dapat mengikuti semua gagasan dengan menggunakan akal sehatnya sendiri. Dia memutuskan bahwa Filsafat bukanlah sesuatu yang kita pelajari, namun barangkali kita dapat belajar untuk berpikit secara Filosofis.
Dia menemukan lagu amplop putih, siphie mulai melihat pola pengiriman itu, setiap sore dia akan menemukan sebuah amplop coklat besar. Dia naik ke kamarnya dan membuka amplop itu. Hanya ada satu pertanyaan hari ini. Namun yang ini lebih konyol jika di bandingkan 3 pertanyaan sebelumnya. “mengapa lego merupakan permainan yang paling cerdik di dunia ?” lagi pula dia tidak dapat memahami sama sekali kaitan apa yang di mungkin ada antara lego dan filsafat.
Apalagi yang di tuntut orang sebuah mainan ? Sophie memutuskan bahwa Lego memang dapat disebyt sebagai mainan paling cerdik di dunia. Tapi apa kaitanya itu dengan filsafat tidak terjangkau oleh pikirannya. “Mengapa orang-orang berhenti bermain ketika mereka bertambah dewasa ?”.
Ketika Sophie tiba dari sekolah berikutnya, ada beberapa halaman lagi untuknya dalam sebuah amplop coklat besar, dia membawanya ke kamar dan segera membacanya, tapi pada saat yang sama dia harus memusatkan pandanganya ke kotak surat.
“TEORI ATOM”
Itulah hal yang di bahasa dalam surat tersebut. Dia nerasa bahwa gagasan-gagasan Democritus itu sangan sederhana namun sangat cedik. Dia telah menemukan solusi nayata bagi masalah tentang “bahan dasar dan perubahan” . Masalah ini demikian rumitnya sehingga para filosof telah di buat pusing olehnya selama bebera[a generasi. Dan pada akhirnya Democritus telah memecahkannya dengan menggukan akal sehat sendiri. Mau tak mau Sophie tersenyum. Pasti benerlah bahwa alam itu tersusun dari bagian-bagian kecil yang tidak pernah berubah. Pada saat yang sama Heraclitus benar sekali dengann beranggapan bahwa semua bentuk di alam ini “Mengalir” Karena setiap orang mati, binatang mati, bahkan jajaran gunung pun lambat laun hancur. Masalahnya adalah jajaran gunung itu terdiri atas bagian-bagian sangat kecil yang tak dapat dipecah dan tidak dapat hancur.
Pada saat yang sama Democritus telaj memunculkan beberapa pertanyaan baru, misalnya, dia mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi secara mekanis. Dia tidak mau menerima bahwa ada kekuatan spiritual dalam kehidupan. Tidak seperti Empedocles dan Anaxagoras. Democritus juga percaya bahwa manusia tidak mempunyai jiwa yang kekal.
Munkinkah sophie yakin akan hal itu ?
Dia tidak tahu. Namun dia baru saja mulai pelajaran filsafatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar